Selasa, 31 Maret 2015

SELAYANG PANDANG :GURU YANG OPTIMIS DAN SEPENUH HATI

“tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam
mencoba itulah kita menemukan dan membangun kesempatan berhasil”  (Mario
Teguh)
Tidak banyak dari kita yang bercita-cita untuk menjadi guru,  bahkan  saat
tugas  ini sudah sampai di bahu, hal ini bukanlah omong kosong saja karna saya  akui
saya sendiripun dulu pernah merasa begitu, masih ragu dalam menekuni   profesi ini,
padahal jika dicermati lebih dalam betapa tinggi dan mulia tugas  yang diemban
seorang  guru.  Untuk  memahami  dan mensyukuri profesi kita    ini,  sebaiknya kita
tafakkur dan memikrkan betapa banyak nikmat Tuhan yang telah diberikan, hal ini
dapat kita lakukan   dengan melihat kenyataan dan keadaan yang telah ada pada diri
kita sehingga kita dapat lebih bersemangat dan bekerja secara optimal  ihlas lahir batin
dengan profesi guru.
Guru Zaman dahulu 
Dahulu, kebanyakan orang  dengan dasar dan  alasan kemuliaan  beniat untuk
menjadi guru, dengan motivasi ini apapun yang terjadi kemudian , kebahagiaan hidup
sudah mereka rasakan, dan dengan bangga  ia berkata  “saya adalah seorang guru”,
namun kemudian ada sedikit pergeseran  makna  dimana    takaran materi menjadi
begitu mendesak dan menjadikan profesi guru hanya menjadi profesi alternatif.
Masyarakat  kebanyakan  memandang dan  menganggap profesi ini sebagai
profesi yang  tidak bonafide dan tidak mempunyai nilai jual  serta tidak mempunyai
gengsi  yang tinggi, hal ini dibuktikan dengan fakta  passing grade  untuk masuk
Perguruan Tinggi Negeri  jurusan keguruan berada  jauh dibawah jurusan lain, secara
tidak langsung hal ini mensinyalir bahwa mahasiswa keguruan adalah mahasiswa
“kelas kedua”  dibawah jurusan ilmu murni, bahkan  dikalangan masyarakat
berkembang istilah    gelar  “(S.Pd)”  untuk  Sarjana Pendidikan  diolok-olok dan
dialihkan artinya menjadi  “Sarjana Penuh derita”, inilah gambaran profesi guru pada
masa lalu.
Guru masa sekarang 
Pada saat ini   kita  yang bisa berhasil menjadi guru memiliki banyak prestise
yang  dilengkapi  dengan  banyak  keistimewaan  mulai dari  payung  hukum  (UU Guru
dan Dosen  dan UU Sisdiknas) dan jaminan kesejahteraan dalam bentuk tunjangan
sertifikasi dan tunjangan profesi.
Selain  hal   itu   semua orang saat ini sudah bisa melihat dan merasakan betapa
profesi guru telah menjadi primadona dalam bursa kerja nasional, hal ini disebabkan
karna adanya  beberapa perubahan yang sangat signifikan  dalam cara pandang
masyarakat terhadap profesi guru  yang bisa membuat kita berbangga hati, mulai dari
prestise yang berupa  jaminan kesejahteraan dalam bentuk tunjangan sertifikasi dan
tunjangan profesi ,  sampai    hal  yang  sederhana misalnya    karna  disebabkan  guru
banyak orang menjadi sukses    dan berhasil dalam hidup dan karirnya, guru yang
membebaskan manusia dari buta huruf, guru yang mengantarkan manusia untuk lebih
memilih jalan hidup yang menanjak, terjal, dan penuh rintangan karena diyakini
dipuncak sana kebahagiaan menanti, melalui petuah dan nasihat guru segala rintangan
itu dapat dilewati dengan segala keyakinan hingga anda  bisa  menarik nafas lega,
memejamkan mata seraya menghirup udara segar kebebasan dari kebodohan, ketidaktahuan,
 kekerdilan, dan ketertindasan.  Hal    inilah yang mengangkat derajat
manusia dan menempati tempat yang semestinya.
Tugas, hak dan kewajiban guru
Dengan adanya  UU Guru dan Dosen  serta    UU Sisdiknas  dan  jaminan
kesejahteraan dalam bentuk tunjangan sertifikasi dan tunjangan profesi    saat ini,
dalam realita sehari -hari   dirasakan tugas dan beban kewajiban kinerja  guru  semakin
banyak dan tidak ringan, misalnya seperti bagaimana guru  harus memenuhi tuntutan
administrasi keguruan yang sesuai dengan  standar dan ketentuan, selain itu guru juga
dituntut untuk mendesain satu skema aktivitas    kegiatan yang kreatif dan dinamis
dalam berinteraksi dengan siswa selama menjalani proses pembelajaran.
   Tetapi  saya yakin  bahwa  dalam benak  semua guru pasti  memiliki niat untuk
mengerjakan tugasnya dengan sempurna, mereka pasti memiliki keinginan untuk bisa
melakukan sesuatu dengan optimal untuk mencapai hasil terbaik, tidak hanya  sampai
disitu  saja, semua guru pasti paham bahwa keberhasilan sempurna akan dicapai
melalui satu proses kerja keras  yang gigih, ulet, cerdas, dan tentu dibarengi dengan
kesabaran.  Tidak  ada keberhasilan yang dicapai melalui kerja yang setengah-
setengah.  Meskipun  dengan adanya  UU Guru dan Dosen, UU Sisdiknas    dan jaminan
kesejahteraan dalam bentuk tunjangan sertifikasi dan tunjangan profesi  terkadang
masih ada  seorang guru  yang menjalankan tugasnya sebagai pekerjaan dan aktifitas
biasa,  tidak begitu memperhatikan hal yang  sangat  penting  dalam pekerjaan
“MENGAJAR”    yang ia lakukan, hal penting tersebut    ialah  berupa keinginan agar
para siswanya benar-benar  bisa  menemukan suatu  “ruh”  belajar,  sehingga tujuan
proses pembelajaran bisa  tercapai dengan sempurna, hal ini dapat kita  lihat dan kita
ukur dengan satu pertanyaan  sederhana    “sudah berapa sempurnakah proses
pembelajaran kita?”
Pertanyaan  ini tentunya tidak perlu dijawab dengan buru-buru, ada beberapa
indikator yang bisa kita gunakan untuk mengukur arah dan prosentase jawaban kita,
beberapa diantaranya terefleksikan dari jawaban atas pertanyaan berikut,  “seberapa
puaskah kita   dengan proses pembelajaran yang baru saja kita lalui?” dan  “seberapa
puaskah para siswa dengan proses kegiatan yang baru saja berjalan?”
   Dalam kinerja sehari-hari banyak masalah yang muncul dan dialami oleh para
guru dalam proses pembelajaran, masalah tidak hanya berada pada masalah penataan
ruang kelas, papan tulis, posisi tempat duduk, ventilasi, derik suara pintu atau warna
seragam  siswa di kelas yang anda  masuki, kondisi yang dimaksud lebih pada
bagaimana anda memandang semua itu,  apa yang ada dipikiran anda saat benda-
benda yang berwarna-warni muncul didepan mata anda?, perasaan apa yang muncul
ketika melihat murid-murid anda?, aura apa yang muncul ketika menghadapi murid
anda?, aura apa yang  mungkin  dirasakan siswa ketika anda muncul dihadapan
mereka?, bagaimana kita menjadikan semuanya menjadi nilai-nilai pembelajaran?
Ternyata  masih    banyak  hal   yang sering terabaikan oleh guru sebelum  ia
masuk kelas, padahal sesuatu tersebut    memiliki peranan yang tidak kecil dalam
menciptakan kondisi  dan hasil yang optimal dalam pembelajaran. Karena  itu guru
harus  terus   belajar, bertanya dan mencari hal-hal baru untuk menemukan formulasi
sederhana tentang bagaimana  kita mengolah rasa agar proses pembelajaran berjalan
bukan hanya efektif dengan hasil optimal, namun juga efisien dengan proses yang
padat makna, hal yang paling penting  dari semua itu adalah terlaksananya  satu
kegiatan pembelajaran yang memiliki Ruh.  Hal  ini dapat kita lakukan dengan
meminjam kalimat  dari  lilian smith  yang berbunyi  “saat anda berhenti belajar,
berhenti mendengarkan, berhenti mencari dan bertanya, berhenti menanyakan hal-hal
yang baru, maka ini adalah saat untuk mati”


Oleh :
AH. BURHANUDIN
Edisi uji coba kirim artikel  ke surat kabar gak pernah dimuat