“tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba, karena didalam
mencoba itulah kita menemukan dan membangun kesempatan berhasil” (Mario
Teguh)
Tidak banyak dari kita yang bercita-cita untuk menjadi guru, bahkan saat
tugas ini sudah sampai di bahu, hal ini bukanlah omong kosong saja karna saya akui
saya sendiripun dulu pernah merasa begitu, masih ragu dalam menekuni profesi ini,
padahal jika dicermati lebih dalam betapa tinggi dan mulia tugas yang diemban
seorang guru. Untuk memahami dan mensyukuri profesi kita ini, sebaiknya kita
tafakkur dan memikrkan betapa banyak nikmat Tuhan yang telah diberikan, hal ini
dapat kita lakukan dengan melihat kenyataan dan keadaan yang telah ada pada diri
kita sehingga kita dapat lebih bersemangat dan bekerja secara optimal ihlas lahir batin
dengan profesi guru.
Guru Zaman dahulu
Dahulu, kebanyakan orang dengan dasar dan alasan kemuliaan beniat untuk
menjadi guru, dengan motivasi ini apapun yang terjadi kemudian , kebahagiaan hidup
sudah mereka rasakan, dan dengan bangga ia berkata “saya adalah seorang guru”,
namun kemudian ada sedikit pergeseran makna dimana takaran materi menjadi
begitu mendesak dan menjadikan profesi guru hanya menjadi profesi alternatif.
Masyarakat kebanyakan memandang dan menganggap profesi ini sebagai
profesi yang tidak bonafide dan tidak mempunyai nilai jual serta tidak mempunyai
gengsi yang tinggi, hal ini dibuktikan dengan fakta passing grade untuk masuk
Perguruan Tinggi Negeri jurusan keguruan berada jauh dibawah jurusan lain, secara
tidak langsung hal ini mensinyalir bahwa mahasiswa keguruan adalah mahasiswa
“kelas kedua” dibawah jurusan ilmu murni, bahkan dikalangan masyarakat
berkembang istilah gelar “(S.Pd)” untuk Sarjana Pendidikan diolok-olok dan
dialihkan artinya menjadi “Sarjana Penuh derita”, inilah gambaran profesi guru pada
masa lalu.
Guru masa sekarang
Pada saat ini kita yang bisa berhasil menjadi guru memiliki banyak prestise
yang dilengkapi dengan banyak keistimewaan mulai dari payung hukum (UU Guru
dan Dosen dan UU Sisdiknas) dan jaminan kesejahteraan dalam bentuk tunjangan
sertifikasi dan tunjangan profesi.
Selain hal itu semua orang saat ini sudah bisa melihat dan merasakan betapa
profesi guru telah menjadi primadona dalam bursa kerja nasional, hal ini disebabkan
karna adanya beberapa perubahan yang sangat signifikan dalam cara pandang
masyarakat terhadap profesi guru yang bisa membuat kita berbangga hati, mulai dari
prestise yang berupa jaminan kesejahteraan dalam bentuk tunjangan sertifikasi dan
tunjangan profesi , sampai hal yang sederhana misalnya karna disebabkan guru
banyak orang menjadi sukses dan berhasil dalam hidup dan karirnya, guru yang
membebaskan manusia dari buta huruf, guru yang mengantarkan manusia untuk lebih
memilih jalan hidup yang menanjak, terjal, dan penuh rintangan karena diyakini
dipuncak sana kebahagiaan menanti, melalui petuah dan nasihat guru segala rintangan
itu dapat dilewati dengan segala keyakinan hingga anda bisa menarik nafas lega,
memejamkan mata seraya menghirup udara segar kebebasan dari kebodohan, ketidaktahuan,
kekerdilan, dan ketertindasan. Hal inilah yang mengangkat derajat
manusia dan menempati tempat yang semestinya.
Tugas, hak dan kewajiban guru
Dengan adanya UU Guru dan Dosen serta UU Sisdiknas dan jaminan
kesejahteraan dalam bentuk tunjangan sertifikasi dan tunjangan profesi saat ini,
dalam realita sehari -hari dirasakan tugas dan beban kewajiban kinerja guru semakin
banyak dan tidak ringan, misalnya seperti bagaimana guru harus memenuhi tuntutan
administrasi keguruan yang sesuai dengan standar dan ketentuan, selain itu guru juga
dituntut untuk mendesain satu skema aktivitas kegiatan yang kreatif dan dinamis
dalam berinteraksi dengan siswa selama menjalani proses pembelajaran.
Tetapi saya yakin bahwa dalam benak semua guru pasti memiliki niat untuk
mengerjakan tugasnya dengan sempurna, mereka pasti memiliki keinginan untuk bisa
melakukan sesuatu dengan optimal untuk mencapai hasil terbaik, tidak hanya sampai
disitu saja, semua guru pasti paham bahwa keberhasilan sempurna akan dicapai
melalui satu proses kerja keras yang gigih, ulet, cerdas, dan tentu dibarengi dengan
kesabaran. Tidak ada keberhasilan yang dicapai melalui kerja yang setengah-
setengah. Meskipun dengan adanya UU Guru dan Dosen, UU Sisdiknas dan jaminan
kesejahteraan dalam bentuk tunjangan sertifikasi dan tunjangan profesi terkadang
masih ada seorang guru yang menjalankan tugasnya sebagai pekerjaan dan aktifitas
biasa, tidak begitu memperhatikan hal yang sangat penting dalam pekerjaan
“MENGAJAR” yang ia lakukan, hal penting tersebut ialah berupa keinginan agar
para siswanya benar-benar bisa menemukan suatu “ruh” belajar, sehingga tujuan
proses pembelajaran bisa tercapai dengan sempurna, hal ini dapat kita lihat dan kita
ukur dengan satu pertanyaan sederhana “sudah berapa sempurnakah proses
pembelajaran kita?”
Pertanyaan ini tentunya tidak perlu dijawab dengan buru-buru, ada beberapa
indikator yang bisa kita gunakan untuk mengukur arah dan prosentase jawaban kita,
beberapa diantaranya terefleksikan dari jawaban atas pertanyaan berikut, “seberapa
puaskah kita dengan proses pembelajaran yang baru saja kita lalui?” dan “seberapa
puaskah para siswa dengan proses kegiatan yang baru saja berjalan?”
Dalam kinerja sehari-hari banyak masalah yang muncul dan dialami oleh para
guru dalam proses pembelajaran, masalah tidak hanya berada pada masalah penataan
ruang kelas, papan tulis, posisi tempat duduk, ventilasi, derik suara pintu atau warna
seragam siswa di kelas yang anda masuki, kondisi yang dimaksud lebih pada
bagaimana anda memandang semua itu, apa yang ada dipikiran anda saat benda-
benda yang berwarna-warni muncul didepan mata anda?, perasaan apa yang muncul
ketika melihat murid-murid anda?, aura apa yang muncul ketika menghadapi murid
anda?, aura apa yang mungkin dirasakan siswa ketika anda muncul dihadapan
mereka?, bagaimana kita menjadikan semuanya menjadi nilai-nilai pembelajaran?
Ternyata masih banyak hal yang sering terabaikan oleh guru sebelum ia
masuk kelas, padahal sesuatu tersebut memiliki peranan yang tidak kecil dalam
menciptakan kondisi dan hasil yang optimal dalam pembelajaran. Karena itu guru
harus terus belajar, bertanya dan mencari hal-hal baru untuk menemukan formulasi
sederhana tentang bagaimana kita mengolah rasa agar proses pembelajaran berjalan
bukan hanya efektif dengan hasil optimal, namun juga efisien dengan proses yang
padat makna, hal yang paling penting dari semua itu adalah terlaksananya satu
kegiatan pembelajaran yang memiliki Ruh. Hal ini dapat kita lakukan dengan
meminjam kalimat dari lilian smith yang berbunyi “saat anda berhenti belajar,
berhenti mendengarkan, berhenti mencari dan bertanya, berhenti menanyakan hal-hal
yang baru, maka ini adalah saat untuk mati”
Oleh :
AH. BURHANUDIN
Edisi uji coba kirim artikel ke surat kabar gak pernah dimuat